BANGUN KETAHANAN BANGSA LEWAT AKSI BERSAMA

Madiun, KIM-Martani

   Peran bersama antara pemerintah daerah, TNI, Polri dan masyarakat memerangi radikalisme dan terorisme sangat penting dilakukan, ditengah situasi dan kondisi yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Hal ini berkaitan dengan situasi global dunia, utamanya di wilayah Negara-negara timur tengah pasca Arab spring yang memengaruhi sikap dan perilaku sebagian anak bangsa yang ekstrim. Tak dapat dimungkiri, sebagian kecil masyarakat ikut terpengaruh gerakan anti nasionalisme yang berinkarnasi dalam ISIS (Islamic State Iraq & Suriah).
   Meski bangsa Indonesia tahan terhadap berbagai tantangan sejak masa proklamasi 1945, tumbuhnya sikap radikalisme yang ditandai dengan bergabungnya pemuda dan warga Negara Indonesia dalam ISIS, cukup mengkawatirkan berbagai pihak. Tumbuh dan berkembangnya radikalisme dan terorisme dipengaruhi oleh faktor fanatisme, ideologi, ekonomi, politik, kesenjangan sosial, dan budaya.
   Seperti diuraikan oleh Kapolres Madiun Kota, AKBP Susetyo Purnomo Condro, SH, SIK didepan peserta Rakor Pengendalian Keamanan Lingkungan di gedung Diklat Pemkot Madiun, Rabu, 25 Mei 2016. Ia menjelaskan, sikap fanatisme terhadap ajaran ekslusif aliran agama, ideologi yang diyakini selain Pancasila, kondisi ekonomi yang dinilai tidak adil, politik yang ingin diperjuangkan membentuk pemerintahan baru, kesenjangan sosial yang makin lebar, dan perubahan budaya yang tengah berubah, melahirkan sikap radikalisme pemikiran dan radikalisme perbuatan atau tindakan.
   “Apa yang saya ketahui sendiri pada saat terjadi peristiwa bom tamrin Januari 2016 lalu, terorisme tidak dapat diprediksi kapan, dimana dan saat kapan akan terjadi, terror selalu terjadi tiba-tiba,” ungkapnya.
   Cara menghadapi terorisme adalah dengan deteksi dini terhadap lingkungan sekitar dimana kita tinggal. Deteksi terhadap gejala munculnya teroris yang akan melakukan aksi terorisme adalah dengan mengetahui sejak dini terhadap orang, tempat dan benda.
   Apabila dilingkungan kita tinggal ada orang asing atau saudara yang tiba-tiba kembali ke rumah setelah pergi lama, patut kita waspadai sebagai orang yang mencurigakan.Demikian pula dengan tempat ia tinggal, yang biasanya menyendiri, terpencil dari lingkungan. Dan juga benda-benda mencurigakan yang dimilikinya, kalau hal itu tidak lazim bisa saja teroris ini sedang  persiapan melakukan aksi teror. 
   Pengalaman menangani dan perang melawan teroris dengan harus berhadap-hadapan langsung dengan teroris menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam menjalani profesinya sebagai kepala bagian operasi (Kabagops) Polres Metro Jakarta Pusat.
Perang Masa Kini
   Distabilitas Negara Indonesia pada saat ini bukan lagi akibat dari ekspansi negara lain yang ingin menjajah dan menguasai wilayah, melainkan suatu gerakan yang tidak nampak (proxy war). Sebagai negara yang berada dijajaran katulistiwa, sumber daya alam kaya dimiliki, sangat menarik perhatian banyak pihak dari negara lain yang ingin menguasai sumber daya alam tersebut. Terjadinya konflik di banyak Negara terutama di timur tengah salah satu penyebabnya adalah perebutan sumber minyak fosil, yang diperkirakan akan habis pada tahun 2045 yang akan datang. Dan pada akhirnya konflik perebutan sumber daya alam tersebut mulai bergeser ke daerah ekuator.
   Dandim 0803 Letkol (Inf) Rachman Fikri, S.Sos dalam pemaparan pada Rakor Pengendalian Keamanan Lingkungan, lebih lanjut menjelaskan, kemampuan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan gangguan keamanan nasional sudah cukup teruji. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang tidak lepas dari peran sejarah panjang sejak zaman kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dan selama 300 tahun bangsa ini dijajah oleh kolonialis Barat, disebabkan oleh kelemahan mendasar bangsa karena konflik internal.
   “NKRI diambang disentegrasi karena terjadi degradasi nasionalisme, kualitas sumber daya manusia yang tak kunjung meningkat, militansi bangsa mencapai titik kritis, jati diri dan kultur bangsa yang terkikis. Juga adanya potensi gangguan dari pihak luar yang ingin mempertahankan dan mengembangkan penguasaan sumber mineral di Indonesia,” kata Rachman Fikri.
   Banyak komponen yang bisa memengaruhi stabilitas keamanan nasional, seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang melampaui kapasitas bumi, yang menyebabkan ketergantungan kepada sumber daya alam bertambah tinggi. Karena disparitas pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan sumber alam semakin lebar maka terjadilah upaya penetrasi ekonomi dari para pemodal asing menuju kedaerah ekuator, termasuk Indonesia. Penetrasi ekonomi yang dilakukan adalah penguasaan atas pangan, air dan energi hayati di daerah katulistiwa.
   “Indonesia kaya sumber daya alam termasuk komoditas ekspor yang berusaha dihambat “tidak boleh maju” untuk bersaing merebut konsumen di pasar dunia. Padahal komoditas tersebut bisa memajukan perekonomian rakyat dan menambah devisa yang besar,” katanya.
   Khusus untuk bangsa Indonesia, dalam menghadapi tantangan keamanan nasional harus berkaca pada peristiwa sejarah yang pernah dialami, sejak proklamasi kemerdekaan 1945. Peristiwa pemberontakan PKI 1948, 1965, DI/TII, Permesta dan sebagainya mencerminkan adanya peristiwa nasional yang mengganggu stabilitas nasional. Pada saat ini potensi gangguan keamanan yang cukup mendapat perhatian publik internasional adalah soal terorisme dan radikalisme agama yang diwakili ISIS.
    Perang masa kini tidak tentu dengan perang terbuka, tetapi lebih menjadi asymmetric warfare atau perang antara dua pihak yang tidak seimbang dari segi kapabilitas militernya. Terjadinya proxy wars yaitu konfrontasi antara 2 kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti, menghindari konfrontasi secara langsung, pihak ketiga sebagai aktor pengganti dari negara kecil, dan non actor Negara seperti LSM, ormas, kelompok masyarakat dan pelaku teror. Juga hybrid wars atau perang hibrida atau kombinasi antara perang konvensional, perang asimetris dan perang informasi menjadi satu.
   Menjawab tantangan kedepan yang makin berat dihadapi bangsa Indonesia dalam mempertahankan keamanan dan stabilitas nasional adalah dengan memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
   “Bila kesatuan kekuatan pertahanan semesta antara rakyat, TNI, Polri terus terjaga maka tidak ada kekuatan penghancur mampu menghancurkan bangsa Indonesia,” katanya lebih lanjut.
   Demikian rangkaian isi materi rakor Pengendalian Keamanan Lingkungan yang dilaksanakan oleh Bakesbangpol Kota Madiun di gedung diklat Pemkot Madiun, Rabu (25/5) lalu. (dsj, snk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *