BANK SAMPAH PENGENTAS LIMBAH

Kim Martani SukosariMengelola limbah dan sampah baik organik maupun non organik saat ini sudah dilaksanakan oleh kelompok pengelola bank sampah. Limbah organik yang berasal dari rumah tangga diproses menjadi pupuk organic. Sedangkan limbah sampah non organik dipilah-pilah sesuai jenisnya. Hal ini untuk mempermudah pemisahan jenis dan beratnya. Hasil dari pemilahan sampah non organic tersebut misalnya gelas aqua, botol plastic dan tas kresek kemudian dijual kepada pengepul. Dan hasil penjualan dari mengumpulkan limbah non organik tersebut selanjutnya,  akan dibayarkan kepada anggota kelompok bank sampah.

.

   Di Kelurahan Sukosari, selamaini, bank sampah yang dikelola oleh Herminingsih dan kawan-kawan telah berjalan lancar. Paling tidak, omset penampungan limbah sampah non organik yang dikelola kelompok bisa beromset Rp 2.000.000,- per minggu. Anggota kelompok bank sampah yang berlokasi di RT 14 RW 05 Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun tersebut terus bertambah seiring dengan kemajuan jumlah omset yang diterima.
 
   “Sampai saat ini anggota kelompok yang menyetorkan limbah non organik terus bertambah, bahkan sekarang ibu-ibu sangu kantong untuk mengambil sampah plastic yang berada dimana-mana, termasuk di pasar atau tempat keramaian lainnya.  Jadinya kelompok makin besarjumlah dagangannya yang bias dijual kepada pengepul,” kata Herminingsih kepada KIM-Martani.
Menyaingi  Pemulung Profesional ?
   Keberadaan bank sampah di Kelurahan Sukosari menambah jumlah limbah buangan yang diterima. Selama ini, sudah ada figur yang mengelola limbah sampah non organik yang sudah bekerja puluhan tahun sebagai pemulung. Bagaimana nasibnya sekarang ?
Adalah Sri Rahayuni, 42 tahun, warga Jalan Sri Kaloko yang berprofesi sebagai pengumpul sampah. Ibu seorang anak tersebut setiap pagi dan sore keliling Kota Madiun mengumpulkan limbah botol aqua, gelas plastik, dan tas kresek. Hampir seluruh area kota terutama di kantor-kantor pemerintah ia mengumpulkan limbah yang teronggok di bak sampah.
 
   “Seringkali saya malah dipanggil oleh pegawai kantor untuk dibawakan sekantong sampah plastik, termasuk Pak Polisi yang ada di jalan Sumatra sering membantu saya nduduhi sampah plastik sehabis ada kegiatan kantor,” kata Rahayuni mengisahkan pengalamannya kepada KIM Martani.

Ketikadisinggung tentang keberadaan bank sampah yang kiniada di Kelurahan Sukosari,  menurut penuturan Rahayuni,  tidakada pengaruhnya. “Wong kuloniki mpun luwihamba anggen kulopados rongsokan, tinimbangpengelola bank sampah, dados mboten ngganggu pengasilan kulo,” jelasRahayuni. (snk,dsj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *